SIAPKAH KITA MENEMUI INNER CHILD?

 

Pernah tidak teman-teman merasakan rasa sakit yang dulu pernah dirasakan saat masih remaja atau masih kecil? Namun perasaan itu terbawa sampai sekarang, terkadang terasa saat saat sendiri dan waktu-waktu menjelang self talk? Saya perah merasakan hal tersebut. Perlu diketahui bahwa saya bukan dari ranah psikologi, jadi saya sedikit bingung sesaat dengan yang saya rasakan. Namun, saya belum juga menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala saya.

Kenapa msih terasa sakitnya akan kejadian di masa lalu? Kenapa hadirnya berlapis-lapis? Serasa membentuk sebuah buku , namu buku yang isinya luka semua. Saya sudah memaafkan orang lain dan diri saya sendiri, namun kenapa masih saja muncul tiba-tiba? Kenapa memorinya muncul ke permukaan meski hanya di saat-saat tertentu? Apa salah saya?  

Lalu saya segera menyadarkan diri saya sendiri, “Yuk bangun, sadar, Nov. Its, okay. Tak apa, sini peluk. Itu buku lamamu, ini buku barumu.” Lalu, saya membawa pikiran saya ke masa sekarang dan saya kembali menyibukkan diri saya dengan bersyukur kepada Tuhan. Meski dalam hati kecil saya masih bertanya-tanya, kenapa dengan diri saya? Apa ada yang salah? Apakah ini dampak rutinitas saya saat ini? Saya terus mencari jawaban di setiap kesempatan, mulai dari buku, googling tentan psikologi, dan sebagainya.

Sampai akhirnya, saya diberikan kesempatan luar biasa oleh komunitas ISB (Indonesia Sosial Blogpreneur) untuk mengikuti #BincangISB dengan tema “Bertemu dengan Inner Child”pada Sabtu, 19 Maret 2022, pukul 13.30-15.30 WIB. Acara tersebut merupakan salah satu acara yang diselenggarakan oleh komunitas ISB untuk para anggotanya dengan narasumber Ibu Diah Mahmudah, S.Psi dan Bapak Dandi Birdy, S.,Psi, Psikolog dan Psikoterapis, Founder Biro Psikologi Dandiah Care.

 

Foto: Instagram ISB

Saya sangat tercengang dengan topiknya, karena tanpa sengaja itu sangat menjawab berbagai pertanyaan dalam kepala saya. Yuk sharing bareng ya, teman - teman!

Apa itu Inner Child?

“Inner Child adalah pengalam masa lalu yang tidak atau belum pendapatkan penyelesaian dengan baik. Orang dewasa memiliki bisa memiliki berbagai macam kondisi Inner Child yang dihasilkan oleh pengalaman positif atau negatif yang dialami masa lalu.” (John Brodshow, 1990)

Jadi, Inner Child tidak selamanya negatif ya teman-teman!

Seperti dijelaskan oleh Ibu Diah Mahmudah, S.Psi bahwa menurut perspektif psikologi setiap diri seseorang memiliki 3 jenis ego state, yaitu:

 

Foto: Dok. Dandiah Care

Menurut narasumber, seseorang yang mengalami Inner Child biasanya dibesarkan oleh keluarga yang memiliki anger management yang kurang baik bahkan dapat dikatakan buruk. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada kesehatan mental sang anak.

Orangtua memang memiliki andil jika seorang anak medapatkan luka pengasuhan, namun untuk pembasuhannya bukan lagi tanggungjawab orangtua. Itu tanggungjawab  kita sendiri yang sudah semakin mendewasa. Perlu diketahui luka pengasuhan ini termasuk inner Child yang negatif ya, teman-teman!

Kenapa luka pengasuhan perlu dibasuh?

Bagaimana, teman-teman? Semakin menarik buka. Lanjut, yuuk!

Luka pengasuhan merupakan luka yang ikut sampai seseorang dewasa sekalipun. Luka pengasuhan yang bellum sembuh akan berdampak kepada hubungan kita dengan oranglain. Akan berdampak terhadap hubungan kita dengan pasangan maupun anak. Untuk diri sendiri, berdampak Insecurity. Insecure merupakan rasa tidak nyaman, tidak aman yang akan memunculkan rasa takut dan malu, sehingga seseorang tidak bisa berpuas diri dengan yang dia punya. Karena memang, ada luka yang belum selesai dalam dirinya.

Bagaimana mengatasi luka pengasuhan?

Pasti dari kita sudah mendengar kata “Healing”. Yups, benar sekali teman-teman! Healing adalah solusinya. Healing adalah mengatasi masalah selaras dengan akar masalah. Dapat dilakukan dengan menemui ahlinya ataupun melakukan terapi sendiri melalui buku-buku psikologi, ya teman-teman!

 

Foto: Dok. Dandiah Care

 

Bagi teman-teman yang sudah membaca blog saya, terimakasih banyak ya. Salam Inspiratif !